Pengertian Training
Begitu mendengar kata training, yang terlintas dalam pikiran kita adalah pelatihan, motivasi, inspirasi, fun, semangat, peningkatan skill, pembelajaran aktif, dan aneka macam kosakata lainnya.
Namun sebenarnya apakah training itu? Training ialah metode pembelajaran aktif yang menggunakan prinsip psikologi untuk mengubah perilaku atau meningkatkan knowledge (pengetahuan), skill & ability (kemampuan).
Apa Tujuan Training?
Apakah training dilakukan hanya sekedar menghabiskan uang (anggaran), bersenang-senang, refreshing (karena biasanya di tempat yang asyik), atau ada alasan yang lebih penting? Selain
tujuan-tujuan di atas, training juga dilakukan untuk mengembangkan kualitas SDM yang merupakan kebutuhan setiap insan akan ilmu yang bermanfaat. Selain itu, training juga dilakukan untuk menghindari akibat negatif dari kurangnya ilmu dan motivasi.
Jadi Trainer? Why Not!
Kebanyakan orang belum tentu mau dan mampu kalau diminta menjadi trainer. Sebab hanya orang tertentu yang bisa menjadi trainer. Mengisi training memang bukan pekerjaan mudah. Walaupun prospek profesi trainer cukup menjanjikan ke depannya. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa profesi trainer menjanjikan:
- Menjadi teladan & bukti. Kesalahan trainer yang membuat dia jatuh adalah bahwa dia mengajarkan sesuatu yang tidak dilakukannya. Trainer sebaiknya menjadi teladan baik saat training maupun di luar training.
- Bekerja dalam team. Biasanya trainer yang bagus bekerja dalam team dan menunjukkan teamwork yang bagus. Bahkan, bagi trainer pemula bisa bergabung dalam tim yang sudah terpercaya untuk mempercepat kariernya.
- Profesional, amanah dan menepati janji.
Tips Menjadi Trainer
Beberapa tips berikut bisa membantu:
- Banyak membaca dan belajar, baik dari teori maupun pengalaman. Kapanpun dan di manapun seorang trainer harus terus belajar. Sebab bagaimanapun juga seorang trainer adalah seorang guru. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengajarkan sesuatu kalau dia sendiri tidak tahu dan tidak mau belajar?
- Miliki niat yang benar. Menjadi trainer berarti menjadi orang yang menyeru kepada kebaikan dan melarang dari perbuatan buruk dan akhlaq yang tercela. Menjadi trainer bukanlah untuk menjadi idola yang popular dan dipuji banyak orang.
- Percaya Diri & Mampu Menghargai. Seorang trainer harus memandang baik, benar dan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kalau hanya memandang positif terhadap diri sendiri namun tidak mampu memandang positif terhadap orang lain, seorang trainer bisa terjerumus ke dalam arogansi dan kesombongan.
- Selalu Siap. Apapun yang terjadi seorang trainer harus siap. Matinya listrik, kekurangan fasilitas, peserta yang tidak antusias, tempat yang tidak representative, ataupun hal-hal di luar perencanaan serta kendala lain harus siap dihadapi. Sebelum training, trainer dapat merencanakan training, mempersiapkan diri, materi serta hal-hal pendukung lainnya dengan baik. Kalau perlu dia melakukan role play atau semacam gladi resik. Akan tetapi dia tidak boleh kaku pada rencana. Ia harus siap dan fleksibel jika ternyata fakta di lapangan tidak sesuai rencana. Akan tetapi jika tidak ada kendala di luar perencanaan dantraining diselenggarakan sesuai rencana maka hasilnya akan lebih bagus.
- Memahami kebutuhan training. Training Needs Analysis diperlukan guna mengidentifikasikan kebutuhan training. Caranya bisa dilakukan dengan wawancara, kuesioner, diskusi (FGD), observasi ataupun cara lainnya. Intinya adalah menemukan gap antara knowledge, skill, ability (KSA) yang diinginkan dengan KSA yang terjadi di lapangan. TNA adalah salah satu kunci kualitas training.
- Memahami peserta training (demografi, senioritas, pendidikan, usia, jumlah, latar belakang, jenis kelamin, dsb). Perhatikan juga masalah budaya, agama dan nilai-nilai peserta. Metode dan materi sangat tergantung pada siapa materi itu ditujukan. Memahami peserta juga bisalebih mendekatkan diri pada peserta, menumbuhkan kepercayaan, kehangatan dan antusiasme.
- Mengenal medan dan memilih metode (cara menyampaikan) yang tepat. Medan yang dimaksud adalah TNA, peserta, situasi, kondisi dan hal-hal terkait lainnya. Metode (how) sangat tergantung dari medan.
- Memberi kesan pertama yang baik. Sapa dan senyum ^ ^. Kenalan yang berkesan.
- Beri kontak mata yang ramah, proporsional dan tidak berlebihan. Beri tatapan ke semua peserta dari kanan ke kiri secara adil dan proporsional. Jangan focus pada satu tatapan perhatian saja. Jika takut menatap mata, tatap daerah T di antara kedua mata lawan bicara.
- Bermainlah dengan suara dan kata-kata. Bicaralah dengan jelas. Jangan tergesa-gesa. Atur kecepatan suara sesuai kondisi peserta. Beri jeda (diam sejenak). Kalau perlu ulangi kata-kata yang penting. Selain itu, beri tekanan dan nada yang bervariasi. Bicara denganmantap. Jangan bicara dengan nada monoton. Atur suara pada volume yang pas. Pastikan semua peserta bisa mendengarkan suara Anda.
- Berikan gambaran sepintas tentang materi keseluruhan. Lebih mudah bagi peserta mengingat hal 8 hal penting. Sajikan materi dengan logis dan sistematis. Berikan contoh yang akrab, mudah dan keseharian peserta. Gunakan konsep dan istilah yang familiar (sudah akrab). Bantulah dengan memberikan sebanyak mungkin bantuan visual. Selain itu, berikan praktek (role play) yang memadai. Tanyalah ke peserta apakah mereka sudah jelas (faham) atau masih mempunyai pertanyaan untuk dijawab.
- Beri motivasi pada peserta. Beri penguatan pada pendapat peserta yang benar. Beri pujian pada saat diperlukan. Berikan empati, perhatian dan feedback (Mendengar Aktif). Jika memungkinkan, berikan kebebasan atau kesempatan pada peserta untuk melangkah sendiri.
- Miliki Humor Segar. Cerita lucu dan tebakan lucu bisa dicoba. Tapi jangan lebih dari 10 %. Acara training bisa menjadi dagelan jika isinya hanya humor dan tawa.
- Gunakan bahasa tubuh dan gesture secara alami dan secukupnya (jangan berlebihan). Miliki postur yang baik (arti postur mirip pose. Tapi pose statis, postur dinamis). Jelajahi wilayah (tempat training) untuk berkeliling dan mendekat ke peserta. Jarak trainer dengan peserta harus pas. Tidak terlalu jauh, tidak juga terlalu dekat.
- Perhatikan penampilan dan performance. Pakaian, rambut, sepatu, parfum, perlu diperhatikan. Termasuk pemilihan warna. Dalam berpenampilan sebaiknya lebih baik (lebih formal) atau minimal sama dengan peserta. Penampilan yang baik mampu menumbuhkan kepercayaan diri, memberikan keyakinan dan kekuatan. Penampilan seseorang memang bukan jati diri seseorang. Namun, penampilan adalah salah satu kunci training dan public speaking. Persepsi peserta terbangun dari tampilan luar seorang trainer.
- Jaga stamina dan energi dengan makanan yang bergizi, istirahat cukup serta olah raga teratur.
- Miliki gaya sendiri. Jadilah unik dan tak terduga. Bangunkan kreatifitas, nyalakan antusiasme, giring peserta pada motivasi, dan arahkan pembicaraan pada aksi.
- Miliki kerendahan hati, pengendalian diri yang baik (nafsu, ego, amarah), tenang dan hindari perdebatan tidak penting.
- Hindari pemberian hukuman (kecuali hukuman membangun), mongolok-olok atau menjelekkan peserta untuk perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman cenderung menimbulkan efek yang kurang baik. Sebaliknya, berikan reward untuk perilaku yang diinginkan.
- Bikin kesepakatan (kontrak belajar) di awal training dan tegakkan dengan disiplin. Misal, HP dimatikan, keluar kamar mandi harus izin, konsekuensi jika melanggar, dsb.
- Gunakan alat bantu multimedia. Pesan / materi akan lebih mudah diingat jika trainer menggunakan multimedia (10% baca 20% dengar 30% lihat 50% lihat dan dengar). Kemajuan multimedia dan TI memungkinkan kita untuk mengkreasi alat bantu yang lebih memikat dan mewujudkan.
- Berdoalah dan bersyukurlah. Mintalah kepada Allah yang mempunyai kerajaan ilmu agar Anda diberikan kemudahan dan ilmu yang bermanfaat.
- Jadikan materi training sebagai ilmu yang bermanfaat dengan mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari.
Dirilis ulang dari http://www.nafismudrika.wordpress.com
Terima kasih sharingnya.
Banyak membaca itu yang paling penting.
Dan menghadapi MEA ini yang perlu sertifikasi Kompetensi
salam kenal
Luki TransWISH