Ada kata beken baru di dunia HR yaitu “agile (tangkas)”. Menurut definisinya, “agile” adalah “kemampuan untuk menciptakan dan menanggapi perubahan agar mampu berhasil dalam lingkungan yang tidak pasti dan bergejolak.” (www.jobstreet.co.id)
Pernahkah anda (praktisi HR khususnya) melakukan sebuah project atau terobosan dalam melakukan improvement sebuah proses dalam organisasi. Yang saya maksud proses disini tidak hanya dalam proses dalam pengelolaan SDM, tapi proses yang menjadi bagian dari bisnis sebuah perusahaan seperti manufactur, penjualan, produksi, distribusi, gudang, pemasaran, dsb. Dalam benak HR konvensional, paradigmanya adalah untuk perubahan dalam sebuah proses adalah tugas dan tanggung jawab bagian terkait bukan tugas HR, tugas HR adalah mengelola manusianya.
Dalam kondisi VUCA (apalagi itu??) atau VOLATILITY, UNCERTAINTY, COMPLEXITY, AND AMBIGUITY maka praktisi HR dituntut untuk menjadi lebih gesit, lebih tangkas, lebih kreatif, dan lebih responsif dalam kondisi global yang ruwet, jelimet, cepat perubahannya, bahkan tidak terduga perubahannya. Banyak proses atau cara-cara lama dalam tradisional HR yang sudah harus berubah dalam mengatasi kondisi VUCA, yang suka tidak suka, praktisi HR harus mau berubah.
Beberapa perusahaan internasional seperti General Electric (GE), IBM, Pfizer, P&G, ING bank, etc telah melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi terutama dalam cara mereka menyelesaikan masalah yang terkait dengan VUCA. Praktisi HR tidak lagi bekerja hanya dalam ruang HRD, tetapi mereka lebih menggunakan skill mereka dalam tim atau bagian yang memerlukan kerjasama dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan project. HR mengambil peran dalam co-develop bagian lain mengindentifikasi masalah, mencari solusi yang diperlukan, sampai dengan implementasi atau penerapannya di lapangan
HR Agile pada generasi baru selain membutuhkan kompetensi teknis yang fundamental sebagai HR, juga harus mengembangkan kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan berkolaborasi, analisis dan problem solving yang kuat. Sebagai contoh: ketika perusahaan menerapkan sebuah program percepatan pelayanan terhadap konsumen secara digital atau online. Apa yang harus dilakukan oleh HR? Seorang praktisi HR dapat melakukan cross function peran dalam menciptakan tools dalam melakukan monitoring pelayanan yang dilakukan oleh karyawan, memberikan feedback dalam melakukan pembinaan memberikan pelayanan yang maksimal, brainstorming, atau melatih secara berulang program pelayanan yang baru tersebut ke seluruh karyawan. Hasil peran agile itu dapat mengakselerasi performa sehingga dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan.
Intinya HR Agile dalam VUCA adalah perubahan atau transformasi dalam proses HR. Pola lama seperti HR hanya di belakang meja, HR merekrut sendiri, HR hanya mengurusi karyawan bermasalah, program training hanya mengikuti program tahunan……adalah hal tradisional yang dapat dirubah dengan agilitas seperti HR bergerak ke lapangan atau bagaian operasional, proses rekrutmen yang melibatkan user dari awal, HR melakukan feedback monitoring ke seluruh karyawan, program training sesuai kebutuhan terutama yang mendukung isue proses atau perubahan teknologi di operasional, dan metode-metode lain yang kolaboratif.
Demikian sekilah dari saya. Jadilah praktisi HR yang lebih cepat, lebih tangkas, lebih terampil, dan lebih responsif terhadap perubahan
(salah satu sumber dan video sharing https://joshbersin.com/2019/05/agile-in-hr-has-arrived-and-its-growing-fast/)
Christkaizen 2020
christkaizen.com 
Discussion
No comments yet.